Total Pageviews

Wednesday, January 19, 2011

Mengenal Blansir

Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli didalam Kulinologi Indonesia 1/2011)

Bahan pangan nabati seperti buah dan sayur seringkali disimpan dalam bentuk produk beku, kering atau bentuk kalengan. Bentuk olahan ini akan memperpanjang umur simpan bahan disamping juga akan mempermudah dan mempersingkat waktu pengolahan bahan tersebut menjadi produk akhir.

Untuk memperoleh produk nabati beku, kering atau kalengan dengan mutu sensorik yang tetap bisa dipertahankan selama proses pembekuan, pengeringan dan pengalengan maupun selama proses penyimpanannya, dibutuhkan suatu proses pemanasan awal yang dikenal dengan istilah blansir.

Blansir juga dilakukan di industri jasa boga. Seperti di industri pangan olahan, blansir disini juga bertujuan untuk mempertahankan mutu sensorik dan nutrisi dari buah dan sayur.  

Tren Pangan Fungsional di Jepang

Oleh Ardiansyah* (tulisan asli dalam Food Review Indonesia)

Pola makan yang menjurus ke konsumsi makanan siap saji yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi namun rendah serat, memicu perkembangan penyakit degeneratif seperti aneka kanker, osteoporosis, diabetes mellitus, aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan hipertensi (tekanan darah tinggi).

Bangsa Jepang merupakan salah satu contoh masyarakat di dunia yang sangat memperhatikan pola konsumsi pangannya. Pangan yang dikonsumsi tidak hanya masalah kecukupan nilai gizi, tetapi juga terkait dengan efek fisiologis yang dapat mempengaruhi kesehatan. Istilah ini kemudian berkembang dengan nama pangan fungsional. Jepang merupakan satu-satunya negara yang memiliki aturan baku tentang pangan fungsional dan saat ini pasar pangan fungsional di Jepang merupakan pasar yang terdepan di dunia.

Perkembangan pangan fungsional secara komersial pertama kali dimulai di Jepang dan setelah itu perkembanganya merambah ke Amerika, Eropa, dan beberapa negara asia lainnya termasuk Indonesia. Perkembangan pangan fungsional ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dalam upaya tindakan preventif dan pandangan konsumen tentang perbaikan kualitas hidup terutama di masa usia lanjut. Perubahan pola pikir dan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan menimbulkan permintaan terhadap perbaikan mutu dan gizi dari bahan pangan.